MUTIARA HADITS KELEMBUTAN NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM KEPADA ANAK-ANAK (Hadits Ketigabelas)

 DOA NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM UNTUK IBNU ABBAS

 عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: ضَمَّنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى صَدْرِهِ، وَقَالَ: «اللَّهُمَّ عَلِّمْهُ الحِكْمَةَ وَعَلِّمْهُ الكِتَابَ».

 Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam memelukku ke dada beliau seraya berkata, ‘Ya Allah, ajarkanlah anak ini hikmah dan ajarkanlah dia (tafsir) al-Quran”. [HR. Al-Bukhari

KAEDAH-KAEDA FIQHIYAH DARI KITAB AL-MANZHUMAH AL-QAWAIDUL FIQHIYAH (Pertemuan Keduabelas)



BAIT KE 12

قال العلامة السعدي رحمه الله تعالى
الدِّيْنُ مَبْنِيٌّ عَلَى الْمَصَالِحِ ...
فِي جَلْبِهَا وَالدَّرْئِ لِلْقَبَائِحِ
Berkata al-‘Allamah as-Sa’di rahimahullah
“Agama ini dibangun untuk mendatangkan kemaslahatan…
Dan menolak segala mafsadah

BELAJAR AQIDAH SHAHIHAH DARI KITAB AL USHUL ATS TSALATSAH (Pelajaran Kedua Puluh Lima)



MATAN:
قَالَ الْمُؤَلِّفُ رَحِمَهُ اللهُ:
(فَإِذَا قِيلَ لَكَ) : مَنْ رَبُّكَ؟ فَقُلْ: رَبِّيَ اللهُ الَّذِي رَبَّانِي وَرَبَّى جَمِيعَ الْعَالَمِينَ بِنِعَمِهِ وَهُوَ مَعْبُودِي لَيْسَ لِي مَعْبُودٌ سِوَاهُ، وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} [الفاتحة:1].
Berkata Penulis rahimahullah:
“Maka apabila ditanyakan kepadamu, ‘Siapakah Rabbmu?’ Maka jawablah: ‘Rabbku adalah Allah yang telah memeliharaku dan memelihara seluruh alam semesta ini dengan segala nikmat yang dikaruniakan-Nya. Dialah sesembahanku, dan tidak ada sesembahan yang (berhak) aku sembah selain Dia’. Dalilnya adalah

TAFSIR SURAT AL-FATIHAH (Ayat ke 1)



{الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِين}
“Segala pujian yang mutlak hanyalah milik Allah Ta’ala Rabb semesta alam.
Pujian yang mutlak, yakni semua nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya serta perbuatan-Nya adalah terpuji secara mutlak, tidak ada celaan atau kekurangan sedikitpun padanya.
Kalimat ‘al-Hamdu’ memiliki kandungan makna yang dalam, yaitu mensifati Allah dengan segala kesempurnaan dengan diiringi kecintaan dan pengagungan.
Kalimat ‘Rabb’ artinya pencipta, pemilik, pemelihara dan pengatur.
Kalimat ‘Alamin’ artinya segala sesuatu yang ada selain Allah. Ini adalah pendapat Qatadah, dan dipilih oleh al-Qurthubi dan Ibnu Katsir.
Allah adalah Rabb bagi alam semesta, yakni Allah yang menciptakan, memiliki, memelihara dan mengatur seluruh alam semesta. Hal ini sebagaimana Allah firmankan;

PELAJARAN NAHWU DARI KITAB AL AJURUMIYAH (Pelajaran Keempat Puluh)




LANJUTAN
BAB ‘AMIL-‘AMIL NASHAB
(Huruf-huruf yang menashabkan)
=Bagian Terakhir=
MATAN
قَالَ الْمُؤَلِّفُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى:
فالنَّوَاصِبُ عَشَرَةٌ، وَهِيَ:
أَنْ، وَلَنْ، وَإِذَنْ، وَكَيْ، وَلَامُ كَيْ، وَلَامُ الْجُحُودِ، وَحَتَّى، وَالْجَوَابُ بِالْفَاءِ وَالْوَاوِ, وَأَوْ.

MUTIARA HADITS KELEMBUTAN NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM KEPADA ANAK-ANAK (Hadits Keduabelas)



NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM BERCANDA DENGAN ANAK-ANAK 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَدْخُلُ عَلَيْنَا وَلِي أَخٌ صَغِيرٌ يُكْنَى أَبَا عُمَيْرٍ وَكَانَ لَهُ نُغَرٌ يَلْعَبُ بِهِ، فَمَاتَ، فَدَخَلَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَرَآهُ حَزِينًا، فَقَالَ: «مَا شَأْنُهُ؟» قَالُوا: مَاتَ نُغَرُهُ، فَقَالَ: «يَا أَبَا عُمَيْرٍ مَا فَعَلَ النُّغَيْرُ؟».
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam datang kepada kami, sementara kami mempunyai adik kecil yang dijuluki Abu Umair. Burung kecil miliknya yang biasa ia ajak main bersama mati. Lalu suatu hari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam masuk dan menemuinya sedang bersedih, beliau bertanya: “Apa yang sedang terjadi dengannya?” orang-orang menjawab, “Burung kecilnya mati”. Beliau lantas bersabda: “Wahai Abu Umair, apa yang sedang dilakukan oleh burung kecilmu?”. [HR. Al-Bukhari, Muslim dan Abu Dawud, dan lafazh ini riwayat Abu Dawud]

MENDULANG MUTIARA DARI HADITS AL-ARBA'IN AN-NAWAWIYYAH (Hadits Kesepuluh)



MAKANLAH DARI RIZKI YANG HALAL

HADITS:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ: «إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبَاً وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ المُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ المُرْسَلِيْنَ فَقَالَ: {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً} (المؤمنون: الآية51) ، وَقَالَ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} (البقرة: الآية172) ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يدَيْهِ إِلَى السَّمَاء، ِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لذلك».

FAEDAH-FAEDAH FIQHIYAH DARI KITAB ‘UMDATUL AHKAM (Hadits Keempat Puluh Enam)



عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رضي الله عنهما قَالَ : «كَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الظُّهْرَ بِالْهَاجِرَةِ , وَالْعَصْرَ وَالشَّمْسُ نَقِيَّةٌ وَالْمَغْرِبَ إذَا وَجَبَتْ , وَالْعِشَاءَ أَحْيَاناً وَأَحْيَاناً إذَا رَآهُمْ اجْتَمَعُوا عَجَّلَ . وَإِذَا رَآهُمْ أَبْطَئُوا أَخَّرَ , وَالصُّبْحُ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّيهَا بِغَلَسٍ».
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah shalat zhuhur di pertengahan siang ketika hari sangat panas, dan asar ketika matahari masih bersih, dan maghrib ketika matahari telah terbenam, dan isya kadang beliau mengakhirkannya dan kadang beliau menyegerakannya. Jika beliau melihat para shahabat telah berkumpul, maka beliau menyegerakannya dan jika beliau melihat para shahabat kurang bergegas mendatanginya, maka beliau mengakhirkannya. Adapun shubuh, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam melakukannya ketika pagi masih gelap gulita.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

SILSILAH KESABARAN SALAF DALAM MENUNTUT ILMU (Bagian Kesepuluh)



Ibnu Syihab az-Zuhri rahimahullah berkata:
“Aku mengikuti Sa’id bin al-Musayyab selama tiga hari untuk mencari satu hadits.”
Sumber: Hilyatul Auliya: 3/362
Abu Dawud ath-Thayalisi rahimahullah berkata:
“Aku bertemu dengan 1000 para masyaikh (ahlul hadits) dan aku mengambil hadits dari mereka.”
Sumber: al-Jami’ li Akhlaqir Rawi wa Adabus Sami’ 2/221
Al-Imam ath-Thabrani rahimahullah ditanya tentang rahasia banyaknya hadits yang dia dapatkan, beliau menjawab:
“Dahulu aku tidur diatas tikar selama 30 tahun.”
Sumber: Tarikh Dimasyqi: 22/165
Waffaqallahul jami’ likulli khairin.
----------------------------
Alih bahasa: Abu 'Ubaidah bin Damiri al-Jawy, 4 Dzulhijjah 1437/ 17 Oktober 2015_di kota Ambon Manise.


BIMBINGAN ULAMA DISAAT FITNAH MELANDA




Bersama: Fadhilatusy Syaikh Shaleh al-Fauzan Hafizhahullah
Soal 7:
Orang yang mengatakan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ‘berbuat adillah kamu!’ termasuk dalam katagori shahabat atau dia dianggap khawarij? Padahal dia kan tidak memberontak kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak pula mengkafirkan pelaku dosa besar?!
Jawaban:
Orang yang mengatakan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ‘kamu tidak adil!’, ini adalah prinsipnya para khawarij. Dia dianggap memberontak karena menuduh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah berbuat semena-mena. Tidak dipersyaratkan seseorang dinilai sebagai khawarij jika mengangkat senjata (memberontak), bahkan jika dia berkeyakinan bahwa seorang muslim dikafirkan jika melakukan dosa besar, maka dia termasuk khawarij dan satu madzhab (pemahaman) dengan mereka. Apabila dia melakukan provokasi terhadap pemerintah melalui khutbah atau tulisan, meskipun bukan dengan mengangkat senjata, maka ini adalah madzhabnya khawarij. Khawarij itu bermacam-macam jenisnya, ada yang memberontak dengan mengangkat senjata, ada yang modelnya protes seperti yang dilakukan orang ini terhadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, ada yang melalui tulisan, ada yang sekedar berkeyakinan dengan keyakinan khawarij tanpa bicara dan melakukan sesuatu, akan tetapi dalam hatinya telah bercokol aqidah khawarij. Sebagian mereka ada yang lebih parah dari pada sebagian yang lainnya.