Allah Jalla wa 'Alaa berfirman:
{إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا
وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ
الرَّحِيمُ}
" kecuali
mereka yang telah
taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima
taubatnya dan Akulah Yang Maha
Menerima taubat lagi Maha Penyayang." [QS. Al-Baqarah: 160]
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah: "Yaitu
mencabut diri dari apa yang dia telah jatuh padanya, dia mengadakan perbaikan
amalan dan keadaannya serta menjelaskan kepada manusia apa yang dia telah
sembunyikan. Firman Allah Ta'ala:
{فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ
الرَّحِيمُ}
"maka
terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima
taubat lagi Maha Penyayang."
Ayat ini menunjukan bahwa seorang da'i yang
menyeru kepada kekufuran atau kebid'ahan, apabila dia bertaubat kepada Allah
(dengan sebenar-benarnya) maka Allah akan menerima taubatnya." [Tafsir
Ibnu Katsir 1/473]
Lihatlah wahai saudaraku!
Kisah tiga shahabat yang mulya; Ka'ab bin Malik,
Murarah bin ar-Rabi' dan Hilal bin Umayyah, ketika diboikot oleh Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, dikarenakan mereka tidak ikut berperang bersama
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam perang Tabuk. Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam memboikot mereka sampai tampak keseriusan dan kejujuran taubat mereka,
hingga Allah Ta'ala menurunkan wahyu yang mengkabar kejujuran taubat mereka. Setelah
turun ayat tersebut, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk
menghentikan Hajr atau boikot terhadap mereka.
Dan lihatlah pula kisah Umar ibnul Khaththab
radhiyallahu 'anhu ketika memboikot Shabigh bin 'Asal at-Tamimi, dikarenakan
dia mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat, Umar juga memerintahkan
kaum muslimin untuk memboikot Shabigh sampai tampak keseriusan dan kejujuran
dia dalam bertaubat.
·
Berkata Syaikhul Islam
rahimahullah: "Dengan (kisah-kisah) ini dan yang semisalnya, kaum muslimin
sepakat untuk memboikot siapa saja yang menampakkan alamat penyimpangan dari
kebid'ahan dan para penyerunya, serta orang-orang yang menampakkan perbuatan
dosa-dosa besar." [Majmu Fatawa: 24/175]
·
Syaikhul Islam rahimahullah
juga berkata: "Oleh karena itu, para Fuqaha mempersyaratkan dalam salah
satu pendapat mereka tentang (masalah) diterimanya persaksian al-Qadzif [1],
hendaknya dia mengadakan perbaikan (amalan), dan mereka mengevaluasinya sampai
setahun, sebagaimana apa yang dilakukan Umar terhadap Shabigh tatkala
menundanya sampai setahun. Dengan inilah Imam Ahmad berpendapat, bahwa
taubatnya seorang da'i yang menyeru kepada kebid'ahan dilihat (keadaannya)
sampai setahun, sebagaimana apa yang diperbuat Umar terhadap Shabigh bin 'Asal."
[Majmu Fatawa: 7/86]
[1] Al-Qadzif adalah menuduh seorang
muslim berzina.
·
Ibnul Qayyim rahimahullah
berkata: "Oleh karena itu, diantara (bentuk) taubat seorang da'i yang
menyeru kepada kebid'ahan adalah menjelaskan bahwa apa yang dulu dia dakwahkan
adalah bid'ah dan menyesatkan, bahwa petunjuk yang benar adalah yang
sebaliknya, sebagaimana Allah mempersyaratkan kepada Ahlul Kitab yang dahulu
dosa-dosa mereka adalah menyembunyikan apa yang Allah turunkan dari
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, dengan tujuan untuk
menyesatkan manusia dengan perbuatannya; hendaknya mereka mengadakan perbaikan
amalan pada diri-diri mereka dan agar menjelaskan kepada manusia apa yang telah
mereka sembunyikan.
Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang
menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang
jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab,
mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat
mela'nati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan
menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan
Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang." [QS. Al-Baqarah:
159-160]
Demikian pula Allah mempersyaratkan taubatnya
orang-orang Munafiq, yang mana dosa-dosa mereka dahulu adalah merusak hati-hati
kaum muslimin yang lemah iman, mereka (orang-orang Munafiq) bergelung dan
berlindung kepada Yahudi dan kaum musyrikun yang mana mereka adalah musuh-musuh
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, mereka menampakkan Islam hanya untuk
memamerkan amalan dan mencari reputasi saja; hendaknya mereka mengadakan
perbaikan sebagai ganti kerusakan (yang telah diperbuat) dan agar mereka
berlindung hanya kepada Allah sebagai ganti berlindung kepada orang-orang kafir
dari kalangan Yahudi dan kaum musyrikin serta agar mereka mengikhlaskan agama
mereka karena Allah sebagai ganti memamerkan amalan dan (mencari) reputasi.
Demikianlah syarat-syarat taubat dan hakekatnya yang harus terpahami. Hanyalah
kepada Allah kita mohon pertolongan." ['Iddatush Shaabiriin hal. 68-69]
·
Berkata al-Allaamah Ibnu
Baz rahimahullah ketika membantah kesalahan-kesalahan Abdurahman Abdul Khaliq:
"Wajib bagimu untuk mencabut perkataanmu ini, dan mengumumkannya di Koran
setempat; di Kuwait dan Saudi, dan juga dalam sebuah tulisan khusus yang berisi
taubatmu dari segala bentuk kesalahan-kesalahanmu." [Majmu' Fatawa Ibnu
Baz: 8/242]
Bersambung….
~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~
✏ Ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin Damiri al-Jawy, 10 Muharam 1436/ 3 November 2014_di Daarul Hadits_Al-Fiyusy_Harasahallah.
~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~
📥Silahkan kunjungi blog kami untuk
mendapatkan artikel kami yang lainnya dan mengunduh PDF-nya serta 2 aplikasi
android Forum KIS di:
www.pelajaranforumkis.com atau www.pelajarankis.blogspot.com
www.pelajaranforumkis.com atau www.pelajarankis.blogspot.com
~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~
WA. FORUM KIS