"BAB AL I'RAB"
قال المؤلف -
رحمه الله:
بَابُ: الإِعرَابِ
"الإعْرَابُ هُوَ: تَغْييرُ
أَوَاخِرِ الْكلِمِ لاِخْتِلاَفِ الْعَوَامِلِ الْداخِلَة عَلَيهَا لَفْظاً أَوْ
تَقْدِيراً"
Berkata penulis_rahimahullah:
"Al i'rab
adalah perubahan (keadaan) akhir-akhir kalimat karena adanya perbedaan 'Awaamil
yang masuk padanya, baik (perubahannya) terlafazhkan maupun secara
taqdir."
Penjelasan:
Setelah kita mengenal alamat-alamat Isim, Fi'il dan Huruf, maka penulis_rahimahullah masuk kedalam pembahasan Al I'rab.
Al I'rab dan Al Bina merupakan asas ilmu nahwu, karena pada keduanya berputar hukum harakat akhir suatu kalimat.
Setelah kita mengenal alamat-alamat Isim, Fi'il dan Huruf, maka penulis_rahimahullah masuk kedalam pembahasan Al I'rab.
Al I'rab dan Al Bina merupakan asas ilmu nahwu, karena pada keduanya berputar hukum harakat akhir suatu kalimat.
Perkataan penulis_rahimahullah:
"perubahan (keadaan) pada akhir-akhir suatu kalimat"
"perubahan (keadaan) pada akhir-akhir suatu kalimat"
a)
Maksudnya adalah perubahan keadaan
harakat akhir suatu kalimat, bukan perubahan harakat diawal atau ditengah
kalimat, karena hal tersebut dibahas dalam ilmu sharaf seperti (يَسْتَخْدِمُ - يُسْتَخْدَمُ) atau (يَنْصُرُ - يُنْصَرُ). Perubahan harakat pada dua kalimat
tersebut tidak dinamakan I'rab. Adapun dalam ilmu nahwu yang dibahas adalah
perubahan keadaan harakat akhir pada suatu kalimat.
b)
Yang dimaksud dengan perubahan (keadaan)
harakat akhir suatu kalimat, adalah misalnya dari Raf'u menjadi Nashab atau
menjadi Khafadh atau menjadi Jazem.
Apa arti
Rafa', Nashab, Khafadh dan Jazem?
Arti Rafa', Nashab, Khafadh dan Jazem akan dijelaskan pada babnya tersendiri.
Arti Rafa', Nashab, Khafadh dan Jazem akan dijelaskan pada babnya tersendiri.
Perkataan penulis_rahimahullah:
"karena adanya perbedaan 'awaamil yang masuk padanya"
"karena adanya perbedaan 'awaamil yang masuk padanya"
'Awaamil jamak dari 'Aamil, artinya adalah sesuatu yang apabila masuk pada
suatu kalimat, baik itu Isim maupun Fi'il, maka mengharuskan keadaan harakat
akhir kalimat tersebut menjadi Rafa' atau Nashab, atau Khafadh atau Jazem,
tergantung jenis 'aamilnya.
Contonya:
}وَقَالَ
رَجُلٌ مُّؤْمِنٌ{
"Berkata seorang laki-laki yang beriman…" [QS.
Ghafir: 28]
}أَتَقْتُلُونَ
رَجُلًا{
"Apakah kalian akan membunuh seorang
laki-laki…"[QS. Ghafir: 28]
}أَنْ
أَوْحَيْنَا إِلَى رَجُلٍ{
"Bahwa Kami telah mewahyukan kepada seorang laki-laki…
[QS. Yunus: 2]
Perhatikanlah tiga ayat diatas !
Kita lihat harakat akhir pada kalimat (رَجُل) berubah-rubah.
Kita lihat harakat akhir pada kalimat (رَجُل) berubah-rubah.
1.
Pada ayat pertama, harakatnya
dirafa' (رَجُلٌ) karena 'Aamil yang masuk padanya adalah Fi'il (قَالَ). Apabila
Fi'il (kata kerja) masuk pada suatu kalimat maka dia akan merafa'kan Fa'ilnya
(subyek/pelaku dari Fi'il tersebut).
2.
Pada ayat kedua, harakatnya dinashab
(رَجُلًا), karena
'Aamil yang masuk padanya adalah Fi'il (تَقْتُلُونَ). Apabila ada Fi'il yang membutuhkan
Maf'ul bihi (obyek) masuk pada suatu kalimat yang mana kalimat tersebut menjadi
obyek Fi'il tersebut, maka Fi'il tersebut akan menashabkan obyeknya.
3.
Pada ayat ketiga, harakatnya
dikhafadh (رَجُلٍ), karena
'Aamil yang masuk padanya adalah huruf (إِلَى). Apabila Huruf Kafadh masuk pada
suatu kalimat maka mewajibkan kalimat tersebut harakatnya dikhafadh.
CATATAN:
1. Perubahan
harakat akhir kalimat (رَجُل) dari Rafa' menjadi Nashab atau menjadi Khafadh,
inilah yang dinamakan I'rab.
2. Harakat
Dhamah, Fathah dan Kasrah, inilah yang dinamakan alamat I'rab, sebagaimana akan
datang pembahasannya tersendiri.
3. Adapun
kalimat yang bisa berubah harakat akhirnya seperti kalimat (رَجُل), inilah
yang dinamakan Mu'rab.
Perkataan penulis_rahimahullah:
"baik (perubahannya) terlafazhkan maupun secara taqdir"
"baik (perubahannya) terlafazhkan maupun secara taqdir"
Maknanya
adalah terkadang perubahan harakat akhir kalimat tersebut tampak secara zhahir
dan terkadang tidak tampak secara zhahir, yang diistilahkan dalam pelajaran
nahwu dengan nama Muqoddar.
Maksud tampak secara zhahir adalah harakat perubahannya bisa diucapkan
dengan jelas, baik harakat Dhammahnya atau Fathahnya atau Kasrahnya, seperti
pada kalimat (رَجُلٌ) diatas.
Adapum Muqaddar adalah lawan dari zhahir, yaitu harakat perubahannya tidak bisa diucapkan secara zhahir, baik harakat Dhammahnya atau Fathahnya atau Kasrahnya, disebabkan karena ada hal-hal yang menghalanginya untuk nampak, seperti pada kalimat (الْفَتَى);
Adapum Muqaddar adalah lawan dari zhahir, yaitu harakat perubahannya tidak bisa diucapkan secara zhahir, baik harakat Dhammahnya atau Fathahnya atau Kasrahnya, disebabkan karena ada hal-hal yang menghalanginya untuk nampak, seperti pada kalimat (الْفَتَى);
جَاءَ الْفَتَى
"Pemuda itu
telah datang"
رَأْيْتُ
الْفَتَى
"Aku telah
melihat pemuda itu"
سَلَّمْتُ
عَلَى الْفَتَى
"Aku memberi
salam kepada pemuda itu"
Perhatikanlah
tiga jumlah diatas !
Kita lihat harakat akhir pada kalimat (الْفَتَى) terlihat tidak berubah-rubah,
padahal 'Aamil yang masuk pada jumlah diatas berbeda-beda.
1. Pada jumlah
pertama, harakatnya dirafa' (الْفَتَى) tetapi dengan dhammah yang
Muqaddarah (tidak tampak), dia dirafa' karena sebagai Fa'il. Fa'il selalu
Marfu'. Adapun 'Aamil yang masuk padanya adalah fi'il (جَاءَ).
2. Pada jumlah
kedua, harakatnya dinashab (الْفَتَى), tetapi dengan Fathah Muqaddarah,
dia dinashab karena sebagai Maf'ul bihi. Maf'ul bihi selalu Manshub. Adapun
'Aamil yang masuk padanya adalah (رَأْيْتُ).
3.
Pada jumlah ketiga, harakatnya
dikhafadh (الْفَتَى) dengan Kasrah Muqaddarah, dia dikhafadh karena 'Aamil
yang masuk padanya adalah Huruf Khafadh yaitu (عَلَى).
4.
Inilah yang
dmaksud dari perkataan penulis bahwa I'rab terkadang dia Muqaddar.
5.
Mungkin ada yang bertanya-tanya, kapan Isim
atau Fi'il itu dirafa', atau dinashab, atau dikhafadh, atau dijazem?
6. Semua itu
akan kita dapatkan penjelasannya pada bab-bab selanjutnya. Jadi jangan pusing
dahulu, menyerah dan putus asa karena belum bisa memahami pelajaran kita ini
ahri ini.
Berkata Syaikh Al 'Utsaimin_rahimahullah: "Ilmu nahwu itu pada awalnya memang sulit, namun pada akhirnya akan menjadi mudah." [Syarh Al Ajurumiyah hal 5].
Berkata Syaikh Al 'Utsaimin_rahimahullah: "Ilmu nahwu itu pada awalnya memang sulit, namun pada akhirnya akan menjadi mudah." [Syarh Al Ajurumiyah hal 5].
Yang
terpenting dari kita sementara ini adalah memahami apa yang ada dihadapan kita.
Semua akan berkembang dan menjadi jelas setelah kita lewati satu demi satu dari
bab-bab yang ada dalam kitab ini.
Oleh karena
itu, kami ingatkan kembali bahwa janganlah pelajaran yang kita pelajari ini
lewat begitu saja tanpa dipahami dengan baik. Dan juga istilah-istilah yang
ada, jangan sampai lupa maknanya, karena itu semua akan terulang dan sering
kita dapati pada pelajaran-pelajaran selanjutnya.
PERHATIAN:
Janganlah lupa istilah yang sering kita pakai dalam pelajaran kita:
Janganlah lupa istilah yang sering kita pakai dalam pelajaran kita:
a)
Fi'il: kata kerja
b)
Isim: kata benda, baik itu benda
hidup maupun benda mati.
c)
Kalimat: dalam tata bahasa Indonesia
adalah "kata".
d)
Jumlah: dalam tata bahasa Indonesia
adalah "kalimat".
e)
Fa'il: Subyek.
f)
Maf'ul bihi: Obyek.
g)
Zahir: tampak
h)
Muqaddar: tidak tampak.
Istilah-istilah diatas akan sering berulang dalam pelajaran kita. Jadi
jangan lupa makna-maknanya, Barokallohu fikum!
Demikianlah pelajaran kita hari ini. Semoga bisa
dipahami dengan baik dan menambah pengetahuan kalian semua tentang ilmu nahwu.
Insya Allah kita akan lanjutkan pelajaran kita berikutnya pada pertemuan yang akan datang. Wallahu a'lam bish shawab.
Insya Allah kita akan lanjutkan pelajaran kita berikutnya pada pertemuan yang akan datang. Wallahu a'lam bish shawab.
[Ditulis oleh Abu ‘Ubaidah Iqbal bin
Damiri Al Jawy, 20 Rabi’ul Awal 1435/ 21 Januari 2014_di Daarul Hadits_Al
Fiyusy_Harasahallah]