Apabila Tamu Ditanya, Siapakah Kamu? Maka
Janganlah Menjawab, Saya, Saya!
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا، يَقُولُ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي
دَيْنٍ كَانَ عَلَى أَبِي، فَدَقَقْتُ البَابَ، فَقَالَ: «مَنْ ذَا» فَقُلْتُ: أَنَا، فَقَالَ: «أَنَا أَنَا» كَأَنَّهُ كَرِهَهَا. رواه
البخاري ومسلم.
“Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhuma, ia
berkata; "Aku menemui Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam karena hutang ayahku, lalu aku mengetuk pintu rumah beliau,
beliau bertanya;: "Siapakah itu?" aku menjawab; "Saya."
Beliau bersabda: "Saya, saya!." Seolah-olah beliau
membencinya." [HR. Al-Bukhari
dan Muslim
FAEDAH:
Sepantasnya bagi orang yang bertamu
apabila ditanya oleh tuan rumah, Siapakah kamu? Maka jawablah dengan
menyebutkan namanya. Sungguh kami dapatkan dari sebagian kita, apabila bertamu
dan ditanya oleh pemilik rumah dari balik pintu, Siapakah kamu? maka dia
menjawab; Saya pak! Saya pak!
Ini merupakan adab yang tidak baik,
karena dia tidak menjawab sesuai dengan pertanyaan pemilik rumah dan juga
dengan jawaban itu, pemilik rumah masih belum bisa mengenal siapakah yang
bertamu. Seharusnya ketika ditanya maka jawablah dengan menyebut nama atau
kunyah jika dia dikenal dengan kunyahnya, sebagaimana hal ini ditunjukan dalam
hadits Ummu Hani’ binti Abu Thalib radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
"ذَهَبْتُ إِلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الفَتْحِ فَوَجَدْتُهُ يَغْتَسِلُ وَفَاطِمَةُ تَسْتُرُهُ فَقَالَ: «مَنْ هَذِهِ؟»
فَقُلْتُ: أَنَا أُمُّ هَانِئٍ"
"Aku pergi menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat pembukaan
Kota Makkah, lalu aku dapati beliau sedang mandi dan
Fatimah menutupinya. Beliau lalu bertanya: "Siapa
ini?" Aku menjawab, "Ummu Hani'." [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Berkata al-Imam an-Nawawi rahimahullah:
“Berkata para ulama, apabila seorang minta izin (masuk), kemudian dikatakan
padanya; Siapakah kamu? atau Siapakah itu? maka tidak disukai jika dia
menjawab, ‘Saya’! dengan dasar hadits ini. Dan juga (dengan jawaban tersebut)
tidak menghasilkan faedah (bagi pemilik rumah), bahkan kesamaran masih tetap
ada (padanya). Akan tetapi hendaknya dia menyebutkan, ‘Saya Fulan, yaitu dengan
menyebut namanya.” [Syarah an-Nawawi:14/135-136]
🔊 Berkata al-Imam asy-Syinqithi
rahimahullah: “Ketahuilah, bahwa apabila seorang minta izin (masuk), kemudian
pemilik rumah bertanya, Siapakah kamu? maka tidak boleh dia menjawab, ‘Saya’,
akan tetapi (hendaknya) dia menyebutkan nama dan kunyahnya jika memang dia
terkenal dengan itu, karena lafzah ‘Saya’ digunakan oleh setiap orang untuk
dirinya, sehingga dengan lafazh itu pemilik rumah tetap tidak dapat mengetahui
siapakah yang minta izin (bertamu).” [Tafsir Adwaul Bayan:5/499]
Waffaqallahul jami’ likulli khairin.
----------------------------------
✒ Disusun oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin Damiri al-Jawy, 23 Jumadal Akhir 1436/ 12 April 2015_di kota Ambon Manise.
✒ Disusun oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin Damiri al-Jawy, 23 Jumadal Akhir 1436/ 12 April 2015_di kota Ambon Manise.
Silahkan kunjungi blog kami untuk
mendapatkan artikel kami yang lainnya dan mengunduh PDF-nya serta aplikasi
android Forum KIS di:
www.pelajaranforumkis.com atau www.pelajarankis.blogspot.com
www.pelajaranforumkis.com atau www.pelajarankis.blogspot.com