FAEDAH-FAEDAH FIQHIYAH DARI KITAB ‘UMDATUL AHKAM (HADITS KESEMBILANBELAS)

عَنْ عَائِشَةَ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا – قَالَتْ «دَخَلَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – عَلَى النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَأَنَا مُسْنِدَتُهُ إلَى صَدْرِي، وَمَعَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سِوَاكٌ رَطْبٌ يَسْتَنُّ بِهِ فَأَبَدَّهُ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – بَصَرَهُ. فَأَخَذْتُ السِّوَاكَ فَقَضَمْتُهُ، فَطَيَّبْتُهُ، ثُمَّ دَفَعْتُهُ إلَى النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فَاسْتَنَّ بِهِ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – اسْتَنَّ اسْتِنَانًا أَحْسَنَ مِنْهُ، فَمَا عَدَا أَنْ فَرَغَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: رَفَعَ يَدَهُ – أَوْ إصْبَعَهُ – ثُمَّ قَالَ: فِي الرَّفِيقِ الْأَعْلَى – ثَلَاثًا – ثُمَّ قَضَى. وَكَانَتْ تَقُولُ: مَاتَ بَيْنَ حَاقِنَتِي وَذَاقِنَتِي»
وَفِي لَفْظٍ «فَرَأَيْتُهُ يَنْظُرُ إلَيْهِ، وَعَرَفْتُ: أَنَّهُ يُحِبُّ السِّوَاكَ فَقُلْتُ: آخُذُهُ لَكَ؟ فَأَشَارَ بِرَأْسِهِ: أَنْ نَعَمْ» هَذَا لَفْظُ الْبُخَارِيِّ وَلِمُسْلِمٍ نَحْوُهُ.


“Dari Aisyah_radhiyallahu ‘anha berkata: “Suatu ketika Abdurrahman bin Abu Bakr masuk ke rumah sambil membawa kayu siwak yang biasa dia pakai, sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersandar di dadaku. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat kepadanya. Lalu aku mengambil siwak tersebut, kemudian aku lembutkan (ujung siwak) dan aku rapikan, setelah itu aku berikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau pun bersiwak dengannya. Aku tidak pernah melihat sebelumnya beliau bersiwak sebaik itu. Setelah selesai, beliau mengangkat tangannya, atau jarinya seraya berkata; ‘Arrafiiqul A’laa, Arrafiiqul A’laa sebanyak tiga kali. Lalu beliau wafat. Aisyah_radhiyallahu ‘anha berkata; ‘Beliau wafat di antara dagu dan leherku’.”[HR. Al Bukhari – Muslim]
Dalam riwayat lain: Kemudian aku melihat beliau melihat kepadanya. Aku tahu kalau beliau menyukai siwak. Maka aku katakan kepada beliau; ‘Aku ambilkan untukmu? Beliau memberi isyarat dengan mengangguk. [HR. Al Bukhari]

Faedah yang terdapat dalam Hadits :

1.      Disunnahkan bersiwak dengan siwak yang masih basah.

2.      Boleh bagi seseorang bersiwak dengan siwak orang lain, namun setelah dia bersihkan dan dirapikan ujungnya.
Disebutkan oleh para ulama, bahwa hal ini jika dia tidak jijik dengan bekas mulut orang tersebut, seperti istri, anak, saudara karib atau teman. Selain mereka, jika dia jijik maka jangan memakai siwaknya.

3.      Keutamaan bersiwak, yang mana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senang sekali dengan siwak, sampai-sampai beliau bersiwak menjelang wafatnya.

4.      Diantara keutamaan-keutamaan ‘Aisyah_radhiyallahu ‘anha dari istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang lainnya yang disebutkan dalam hadits ini:

a.           Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum meninggal bermalam dirumah ‘Aisyah_radhiyallahu ‘anha yang mana bertepatan dengan gilirannya dan meninggal dirumahnya. Ini menunjukan tingginya kecintaan beliau kepada ‘Aisyah_radhiyallahu ‘anha.

عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، بَعَثَهُ عَلَى جَيْشِ ذَاتِ السَّلَاسِلِ، فَأَتَيْتُهُ فَقُلْتُ: أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: «عَائِشَةُ» قُلْتُ: مِنَ الرِّجَالِ؟ قَالَ «أَبُوهَا» قُلْتُ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «عُمَرُ» فَعَدَّ رِجَالًا

“Dari Amru bin Al Ash, bahwa Rasulullah pernah mengutusnya untuk memimpin pasukan kaum muslimin dalam perang Dzatus Salasil. Amru bin Al Ash berkata; Aku menemui Rasulullah seraya bertanya; Ya Rasulullah, siapakah orang yang engkau cintai? Rasulullah menjawab; ‘Aisyah.’ Lalu saya tanyakan lagi; Kalau dari kaum laki-laki, siapakah orang yang paling engkau cintai? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Ayah Aisyah (Abu Bakr).’ saya bertanya lagi; lalu siapa? Rasulullah menjawab: ‘Umar bin Khaththab.’ Kemudian beliau menyebutkan beberapa orang sahabat lainnya.” [Muttafaqun 'alaihi]

b.      Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal di pangkuan dan pelukan ‘Aisyah_radhiyallahu ‘anha. Hadits ini merupakan bantahan terhadap aqidah sesat Rafidhah, yang menyatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal dipangkuan ‘Ali_radhiyallahu ‘anhu.

c.      Bersatunya air liur ‘Aisyah_radhiyallahu ‘anha dengan air liur Nabi shallallahu‘alaihiwasallam ketika beliau wafat, sebagaimana yang ditunjukan dalam riwayat Al Bukhari.

d.     Kecerdasan ‘Aisyah_radhiyallahu ‘anha yang sempurna, yang mana dia langsung tanggap dengan apa yang diinginkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. ‘Aisyah _radhiyallahu ‘anha merupakan wanita yang paling faqih (berilmu) pada umat ini.

5.      Keutamaan Abu Bakr dan Keluarganya, yang mana 4 keturunan berturut-turut semua shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka adalah; Abu Quhafah (Ayah dari Abu Bakr), Abu Bakr, Abdurrahman bin Abi Bakr dan Muhamad bin Abdurahman bin Abu Bakr.

6.      Boleh bagi ipar/ saudara istri masuk kerumah suaminya, jika memang disukai olehnya

7.      Semangatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mengamalkan sunnahnya sampai menjelang wafatnya.

8.      Berkata Ibnu Hajar_rahimahullah: “Tidak ada perselisihan (dikalangan para ulama) bahwa wafat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada hari senin bulan Rabi’ul Awal.”

Masalah :
Pada tanggal berapa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal?
Para ulama berselisih pendapat dalam penentuan tanggal berapa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal.
Jumhur ulama menyatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal pada tanggal 12 Rabi’ul Awal.
Sebagian ulama yang lainnya menyatakan bahwa Nabi meninggal pada tanggal 2 Rabi’ul Awwal, ini adalah pendapat yang dipilih oleh As Suhaili dan Ibnu Hajar
Masalah: Umur Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal berumur 63 tahun, ini adalah pendapat jumhur ulama, dalil mereka:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، «مَكَثَ بِمَكَّةَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ، وَتُوُفِّيَ وَهُوَ ابْنُ ثَلَاثٍ وَسِتِّينَ»

“Dari Ibnu ‘Abbas_radhiyallahu ‘anhuma “Sesungguhnya Rasulullah menetap di Makkah selama tiga belas tahun, dan beliau meninggal ketika berusia enam puluh tiga tahun.” [HR. Al Bukhari - Muslim]

عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، «تُوُفِّيَ وَهُوَ ابْنُ ثَلَاثٍ وَسِتِّينَ سَنَةً»

“Dari ‘Aisyah_radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam wafat pada usia enam puluh tiga tahun.” [HR. Al Bukhari - Muslim]

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: «قُبِضَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ ابْنُ ثَلَاثٍ وَسِتِّينَ، وَأَبُو بَكْرٍ وَهُوَ ابْنُ ثَلَاثٍ وَسِتِّينَ، وَعُمَرُ وَهُوَ ابْنُ ثَلَاثٍ وَسِتِّينَ»

“Dari Anas bin Malik_radhiyallahu ‘anhu, dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat pada usia enam puluh tiga tahun, Abu Bakar pada usia enam puluh tiga tahun, dan ‘Umar pada usia enam puluh tiga tahun juga.” [HR. Muslim]

Wallahu a’lam wal muwaffiq ila ash shawab.

[ ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawy_2 Rabi'ul Awal 1435/3 Jan. 2014_di Daarul Hadits Al Fiyusy_Harasahallah]