FAEDAH-FAEDAH
FIQHIYAH DARI KITAB ‘UMDATUL AHKAM
BAB
MANDI JANABAH
Hadits Kedua Puluh Sembilan
عَنْ عَائِشَةَ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا –
قَالَتْ «كَانَ النَّبِيُّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – إذَا اغْتَسَلَ
مِنْ الْجَنَابَةِ غَسَلَ يَدَيْهِ، ثُمَّ تَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ، ثُمَّ
اغْتَسَلَ، ثُمَّ يُخَلِّلُ بِيَدَيْهِ شَعْرَهُ، حَتَّى إذَا ظَنَّ أَنَّهُ قَدْ
أَرْوَى بَشَرَتَهُ، أَفَاضَ عَلَيْهِ الْمَاءَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ
سَائِرَ جَسَدِهِ، وَكَانَتْ تَقُولُ: كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ
– صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – مِنْ إنَاءٍ وَاحِدٍ، نَغْتَرِفُ مِنْهُ
جَمِيعًا. «
Hadits Ketiga Puluh
عَنْ مَيْمُونَةَ بِنْتِ الْحَارِثِ – رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهَا – زَوْجِ
النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أَنَّهَا قَالَتْ «وَضَعْتُ لِرَسُولِ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَضُوءَ
الْجَنَابَةِ، فَأَكْفَأَ بِيَمِينِهِ عَلَى يَسَارِهِ مَرَّتَيْنِ – أَوْ ثَلَاثًا – ثُمَّ غَسَلَ فَرْجَهُ،
ثُمَّ ضَرَبَ يَدَهُ بِالْأَرْضِ، أَوْ الْحَائِطِ، مَرَّتَيْنِ – أَوْ ثَلَاثًا –
ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ، وَغَسَلَ وَجْهَهُ وَذِرَاعَيْهِ، ثُمَّ أَفَاضَ
عَلَى رَأْسِهِ الْمَاءَ، ثُمَّ غَسَلَ جَسَدَهُ، ثُمَّ تَنَحَّى، فَغَسَلَ
رِجْلَيْهِ، فَأَتَيْتُهُ بِخِرْقَةٍ فَلَمْ يُرِدْهَا، فَجَعَلَ يَنْفُضُ
الْمَاءَ بِيَدِهِ. «
“Dari Maimunah bintul
Harits_radhiyallahu ‘anha – istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam – ia berkata,:
“Aku mengambilkan untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam air wudhu untuk
mandi janabah. Beliau menuangkan dengan telapak tangan kanannya ke atas telapak
tangan kirinya lalu mencucinya dua kali atau tiga kali. selanjutnya mencuci
kemaluannya dan kemudian memukulkan tangannya ke tanah atau dinding dua kali
atau tiga kali. Kemudian berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung lalu
mencuci wajahnya dan kedua lengannya. Kemudian mengguyurkan air ke atas
kepalanya lalu membasuh badannya. Kemudian berpindah dari tempat mandinya, lalu
membasuh kakinya”. Selanjutnya aku berikan handuk kepada Beliau, namun Beliau
menolaknya, Beliau mengeringkan air dari badannya dengan tangannya.” [HR. Al
Bukhari - Muslim]
Faedah yang terdapat
dalam hadits:
1.
Dalam dua hadits ini
menjelaskan tata cara mandi janabah. Tata cara mandi janabah terbagi menjadi
dua:
·
Pertama: Cara yang
sempurna, yaitu mandi dilengkapi dengan perkara-perkara yang mustahab (sunnah).
Dalil
tata cara mandi yang sempurna ditunjukan dalam hadits ‘Aisyah dan hadits
Maimunah.
·
Kedua: Cara yang Mujzi’
(mencukupi), yaitu sekedar mengguyur dan membasahi seluruh anggota tubuh. Dalil
yang menunjukan hal ini adalah firman Allah:
}وَإِنْ
كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا} الآية
“dan
jika kamu junub maka mandilah” [QS. Al Maidah:6]
Kata
Ibnu Hazem dalam kitabnya “Al Muhalla”: Bagaimanapun caranya dia bersuci
(mandi) maka dia telah menunaikan kewajibannya yang Allah wajibkan padanya.
·
Dalam hadits
Jabir_radhiyallahu ‘anhuma:
“أَنَّ وَفْدَ ثَقِيفٍ سَأَلُوا النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا: إِنَّ أَرْضَنَا أَرْضٌ بَارِدَةٌ
فَكَيْفَ بِالْغُسْلِ؟ فَقَالَ: «أَمَّا أَنَا فَأُفْرِغُ عَلَى رَأْسِي ثَلَاثًا . ” «
“Bahwa
utusan Tsaqif bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, seraya mereka
berkata, ” Tanah kami adalah tanah yang sangat dingin, maka bagaimana caranya
mandi (janabah)?” Lalu beliau bersabda, “Adapun saya, maka saya menyiramkan
pada kepalaku tiga kali.” [HR. Muslim]
·
Dan juga hadits Jubair bin
Muth’im_radhiyallahu ‘anhu:
“تَذَاكَرْنَا غُسْلَ الْجَنَابَةِ عِنْدَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” أَمَّا أَنَا فَآخُذُ مِلْءَ كَفِّي ثَلَاثًا، فَأَصُبُّ
عَلَى رَأْسِي، ثُمَّ أُفِيضُهُ بَعْدُ عَلَى سَائِرِ جَسَدِي”.
“Kami
(para shahabat) saling membicarakan tentang mandi janabah di sisi Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam maka beliau berkata : Adapun saya, cukup dengan
menuangkan air di atas kepalaku tiga kali kemudian setelah itu menyiramkan air
ke seluruh badanku”. [HR. Ahmad, dishahihkan syaikh Al Albani dalam kitabnya
Shahih al Jami']
2. Boleh bagi seorang suami melihat aurat istrinya, dan demikian
pula sebaliknya.
·
Allah ta’ala berfirman:
}وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ
(5) إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ
غَيْرُ مَلُومِينَ (6{(
“Dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka
atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada
terceIa.” [QS. Al Mu'minun: 5-6]
·
Berkata Al Imam An Nawawi:
“Suami dan istri mandi saling mandi dari satu bejana (ember atau bak) adalah
perkara yang dibolehkan dengan ijma’nya kaum muslimin. Adapun wanita mandi dari
sisa air suaminya maka hal ini juga dibolehkan dengan ijma’ (kesepakatan para
ulama).
Catatan:
·
Penukilan ijma’ diatas
perlu ditinjau kembali, sebagaimana yang diperingatkan oleh Ibnu Hajar dalam
Fathul Bari’. Adapun dari sisi hukum, maka apa yang disampaikan An Nawawi
adalah pendapat yang rajih (terpilih).
·
Demikian pula hukum
laki-laki berwudhu atau mandi dari sisa air wudhu wanita atau istrinya
boleh-boleh saja. ini adalah pendapat Jumhur ulama. Dalil-dalil mereka:
a. Hadits Ibnu ‘Umar_radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam:
«إن الماء لا يُجْنِبُ »
“Sesungguhnya
air itu tidaklah junub.” [HR. Abu Dawud, dishahihkan Syaikh Al Albani]
b. Hadits Ibnu ‘Umar_radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:
»كَانَ الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ يَتَوَضَّئُونَ فِي زَمَانِ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَمِيعًا«
“Dahulu,
kaum laki-laki dan wanita berwudhu di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
(dari satu bejana) bersama-sama.”
Maksudnya:
mereka berwudhu dari satu bejana, akan tetapi tidak dalam waktu yang bersamaan,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Hajar_rahimahullah dalam Fathul Bari’.
Tiga
permasalahan diatas adalah pendapat yang terpilih. Pendapat ini dipilih oleh
Syaikhuna Abdurrahman Al ‘Adeni_hafizhahullah Ta’ala.
3. Disunnahkan mengakhirkan membasuh kaki dalam wudhu ketika akan
mandi junub. Ini adalah pendapat Jumhur ulama dan dipilih oleh Syaikhuna
Abdurrahman Al ‘Adeni_hafizhahullah Ta’ala. Dalilnya hadits Maimunah.
Disana masih ada beberapa faedah-faedah yang lainnya yang bisa
kita ambil seputar dua hadits diatas. Insya Allah akan kita sebutkan pada
pertemuan berikutnya.
Wallahul muwaffiq ilash shawab
[✏ ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawy_13
Jumadats Tsaniyah 1435/ 13 April 2014_di Daarul Hadits Al Fiyusy_Harasahallah]
FORUM KIS