FAEDAH-FAEDAH
FIQHIYAH DARI KITAB ‘UMDATUL AHKAM
Hadits Ketiga Puluh Satu
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ: أَنَّ
عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – قَالَ «يَا رَسُولَ اللَّهِ،
أَيَرْقُدُ أَحَدُنَا وَهُوَ جُنُبٌ؟ قَالَ: نَعَمْ، إذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ
فَلْيَرْقُدْ«
Faedah yang terdapat dalam
hadits:
1. Boleh bagi seorang tidur dalam keadaan junub jika telah berwudhu
terlebih dahulu, walaupun belum mandi.
Masalah:
Hukum
wudhu bagi orang yang junub sebelum tidur:
Para
ulama berbeda pendapat dalam masalah ini;
·
Pendapat pertama: Wajib
bagi orang yang junub jika belum mandi janabah untuk berwudhu terlebih dahulu
sebelum ia tidur. Ini adalah pendapat Azh Zhahiriyah dan Imam Malik dalam salah
satu riwayatnya. Dalil mereka zhahir hadits diatas berlafazh perintah.
·
Pendapat kedua: Sunnah, ini
adalah pendapat Jumhur ulama. Dalil yang memalingkan dari wajib menjadi
mustahab (sunnah) adalah hadits ‘Aisyah_radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
»كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَنَامُ وَهُوَ جُنُبٌ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَمَسَّ مَاءً«
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pernah tidur sedang beliau dalam keadaan junub,
tanpa menyentuh air.”[HR. Abu Dawud]
Disebutkan
Ibnu Hajar bahwa hadits ini berpenyakit, yang mana hadits ini diriwayatkan dari
jalan Abu Ishaq As Saabi’i. Berkata Ibnu Rajab: “Para ulama ahli hadits sepakat
mengingkari hadits ini, karena melalui jalan Abu Ishaq.”
Pendapat
yang kuat dan terpilih adalah pendapat jumhur ulama, ini adalah pendapat yang
dipilih Syaikh Al ‘Utsaimin_rahimahullah dan Syaikhuna Abdurahman Al
‘Adeni_hafizhahullah. Adapun yang memalingkan zhahir hukum wajib menjadi sunnah
adalah hadits Ibnu ‘Abbas, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّمَا أُمِرْتُ
بِالْوُضُوءِ إِذَا قُمْتُ إِلَى الصَّلَاةِ»
“Sesungguhnya
aku diperintahkan untuk berwudhu hanya ketika aku hendak menunaikan shalat.” [HR.
Abu Dawud, disahahihkan Syaikh Al Albani dan Syaikhuna Abdurrahman]
Masalah:
Hukum
wudhu jika ingin kembali berjimak:
Para
ulama juga berbeda pendapat dalam masalah ini;
·
Pendapat pertama:
Barangsiapa yang ingin kembali berjimak, wajib baginya berwudhu terlebih
dahulu. Ini adalah pendapat Azh Zhahiriyah dan Imam Malik dalam salah satu
riwayatnya. Dalil mereka zhahir berlafazh perintah pada hadits Abu Sa’id Al
Khudri_radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ
أَهْلَهُ، ثُمَّ أَرَادَ أَنْ يَعُودَ، فَلْيَتَوَضَّأْ«
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Apabila salah seorang dari kalian
menggauli istrinya dan ingin mengulanginya lagi, maka hendaklah dia berwudhu’
(terlebih dahulu).” [HR. Muslim]
·
Pendapat kedua: Sunnah, ini
adalah pendapat Jumhur ulama. Dalil yang memalingkan dari wajib menjadi
mustahab (sunnah) adalah hadits Ibnu ‘Abbas yang telah lewat.
Pendapat
yang kuat dan terpilih adalah pendapat Jumhur ulama. Pendapat ini dipilih
Syaikh Al ‘Utsaimin_rahimahullah dan Syaikhuna Abdurahman Al
‘Adeni_hafizhahullah.
2. Disebutkan oleh Syaikhuna Abdurahman, bahwa barangsiapa tidur
dalam keadaan junub tanpa mandi atau berwudhu terlebih dahulu maka jatuh dalam
perkara yang makruh, ini adalah pendapat Imam Malik, Imam Asy Syafi’i dan yang
lainnya.
3. Wudhu yang dimaksud diatas adalah wudhu secara syar’i, yaitu
seperti wudhu untuk shalat. Dalil yang menunjukan hal tersebut adalah hadits
‘Aisyah_radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
»أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ، وَهُوَ جُنُبٌ، تَوَضَّأَ وُضُوءَهُ
لِلصَّلَاةِ، قَبْلَ أَنْ يَنَامَ«
“Apabila
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ingin tidur, sedangkan beliau masih
dalam keadaan junub, maka beliau berwudhu dengan wudhu untuk mengerjakan shalat
sebelum tidur.” [HR. Al Bukhari - Muslim]
4. Lebih utama dan sempurna bagi orang yang junub bersegera untuk
mandi sebelum tidur, karena bersegera mengangkat hadats besar pada dirinya,
namun jika tidak mandi, maka hendaknya berwudhu terlebih dahulu. Dua hal ini
telah dilakukan dan dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Telah
datang hadits Abdullah bin Abi Qais, ia bertanya kepada ‘Aisyah_radhiyallahu
‘anha:
كَيْفَ
كَانَ يَصْنَعُ فِي الْجَنَابَةِ؟ أَكَانَ يَغْتَسِلُ قَبْلَ أَنْ يَنَامَ؟ أَمْ
يَنَامُ قَبْلَ أَنْ يَغْتَسِلَ؟ قَالَتْ: ” كُلُّ ذَلِكَ قَدْ كَانَ يَفْعَلُ، رُبَّمَا
اغْتَسَلَ فَنَامَ، وَرُبَّمَا تَوَضَّأَ فَنَامَ، قُلْتُ: الْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِي جَعَلَ فِي الْأَمْرِ سَعَةً “
“Bagaimana
beliau mandi junub, apakah beliau mandi dahulu sebelum tidur atau beliau tidur
dahulu sebelum mandi?’ Aisyah menjawab, ‘Sungguh semuanya telah dilakukan
beliau, , terkadang beliau mandi dahulu kemudian tidur dan terkadang pula
beliau hanya berwudhu dahulu, lalu tidur.” Aku (Abdullah bin Qais) berkata;
‘Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kelapangan dalam perintah-Nya.”
[HR. Muslim]
Wallahul muwaffiq ilash shawab
[✏ ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawy_26
Jumadats Tsaniyah 1435/ 26 April 2014_di Daarul Hadits Al Fiyusy_Harasahallah]
FORUM KIS