Tahapan Penciptaan Manusia dan Ketetapan Allah Atas Nasib Mereka
FAEDAH-FAEDAH HADITS:
1.
Dorongan untuk senantiasa
memperbanyak amalan shaleh, karena tidak satupun dari manusia tahu kapan dia
akan meninggal, di bumi mana dia akan mati dan dalam keadaan apa nantinya dia
meninggal.
}إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ
مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ
مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي
نَفْسٌ
بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ{
“Sesungguhnya Allah, hanya
pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan
hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui
(dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” [QS. Luqman:34]
Allah Ta’ala telah banyak menyebutkan dalam
al-Quran dorongan untuk bersegera beramal shaleh dan memperbanyak amalan sampai
ajal menyemputnya.
}وَسَارِعُوا إِلَى
مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ{
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan
bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” [QS. Ali ‘Imran:133]
{وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى
يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ}
“dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang
diyakini (ajal).” [QS. Al-Hijr:99]
2.
Dorongan untuk bertawakal kepada
Allah dan jangan takut akan kemiskinan, karena semua rizqi telah ditentukan
oleh Allah ‘Azza wa Jalla.
Allah Ta’ala berfirman:
{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي
الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا}
“
Dan tidak ada suatu binatang melata pun (yaitu makhluk
Allah) di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya.” [QS. Huud:6]
Meskipun rizqi telah Allah tetapkan, bukan
berarti meniadakan usaha dengan duduk santai dan berleha-leha di rumah, tetapi
manusia tetap dituntut untuk menempuh usaha, dan nanti Allah-lah yang akan
memudahkan jalan rizqi baginya.
Dari ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu,
ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
»لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ
تَوَكُّلِهِ، لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ
بِطَانًا«
"
Jika kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya
tawakkal, niscaya Dia akan
memberikan rizqi kepada kalian, sebagimana Dia telah memberikan rizqi kepada burung yang berangkat di pagi
hari dalam keadaan kosong dan
kembali dalam keadaan kenyang." [HR. Ahmad, dishahihkan al-Albani]
3.
Allah membagi manusia menjadi dua
golongan saja; golongan manusia yang bahagia dan golongan manusia yang
sengsara.
Allah Ta’ala berfirman:
{فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ
وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ}
“Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam.”
[QS. Asy-Syuura:7]
{فَأَمَّا الَّذِينَ شَقُوا
فَفِي النَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ}
"Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam
neraka, di dalamnya mereka
mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih)." [QS. Huud:106]
{وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا
فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا}
“Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di
dalam syurga, mereka kekal di dalamnya.” [QS. Huud:108]
4.
Yang menjadi tinjauan pada amalan
seseorang adalah keadaan terakhir dia ketika meninggal, apakah dia meninggal
diatas keimanan kepada Allah ataukah diatas kemaksiatan atau kekufuran. Oleh
karena itu, sepatutnya bagi kita senantiasa memohon kepada Allah kesudahan yang
baik, yaitu kita dimatikan diatas iman dan ketaatan kepada Allah Ta’ala.
عَنْ سَهْلِ
بْنِ سَعْدٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ العَبْدَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ
النَّارِ
وَإِنَّهُ مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ، وَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ
الجَنَّةِ
وَإِنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ، وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ
بِالخَوَاتِيمِ»
"
Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: Sungguh ada seorang hamba yang melakukan amalan-amalan
penghuni neraka,
namun berakhir menjadi penghuni surga, dan ada seorang hamba yang mengamalkan
amalan-amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka, sungguh amalan itu
ditentukan dengan penutupan.” [HR. Al-Bukhari]
5.
Sepantasnya bagi seorang muslim
bersemangat untuk membenahi amalan bathinnya, sebagaimana dia bersemangat dalam
membenahi amalan lahirnya.
6.
Peringatan dari perbuatan kemaksiatan,
karena satu kemaksiatan yang dia perbuat akan mendorong kepada kemaksiatan yang
lainnya.
7.
Hendaknya seorang muslim jangan
tertipu dengan amalannya. Janganlah dia merasa telah banyak beramal sehingga
bermalas-malasan untuk beramal lagi, karena yang menjadi tinjauan adalah bukan
dengan banyaknya amalan namun tidak berkelanjutan, akan tetapi yang dituntut
dan dicintai Allah adalah istiqamah dia dalam beramal meskpiun sedikit
amalannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
}يَا أَيُّهَا النَّاسُ
عَلَيْكُمْ مِنَ الْأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ، فَإِنَّ اللهَ
لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا، وَإِنَّ أَحَبَّ
الْأَعْمَالِ
إِلَى اللهِ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ، وَإِنْ قَلَّ{. وَكَانَ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَمِلُوا عَمَلًا
أَثْبَتُوهُ.
"Wahai sekalian manusia, hendaklah kalian beramal menurut kemampuan
kalian, sebab Allah tidak
akan pernah bosan hingga kalian bosan sendiri. Sesungguhnya amalan yang paling disukai
Allah, adalah amalan yang dikerjakan secara terus menerus meskipun sedikit. Dan bila
keluarga Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam melakukan suatu amalan, maka mereka akan
menekuninya."
[Muttafaqun ‘alaihi, dari shahabat ‘Aisyah]
Semoga Allah ta’ala memberikan kepada kita istiqamah dalam menjalankan
ketaatan kepada-Nya, sehingga kita dimatikan dalan keadaan Allah ridha kepada
kita.------------------------------------
✒ Ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawy_23 Jumadal Akhir 1436/ 13 April 2015_di kota Ambon Manise.
📥 Silahkan kunjungi blog kami untuk mengunduh PDF-nya dan juga mendapatkan artikel atau pelajaran yang telah berlalu serta unduh pula 2 aplikasi android Forum KIS di:
www.pelajaranforumkis.com atau www.pelajarankis.blogspot.com