MATAN:
قَالَ الْمُؤَلِّفُ رَحِمَهُ اللهُ
وَأَعْظَمُ
مَا نَهَى عَنْه الشِّركُ وَهُوَ دَعْوَةُ غَيْرِهِ مَعَهُ. وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ
[النساء: 36]تَعَالَى: {وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا}.
Berkata
Penulis rahimahullah:
“Dan perkara
yang paling besar yang Allah larang adalah syirik, yaitu berdoa kepada selain
Allah di samping (berdoa kepada) Allah. Dan dalil yang menunjukan hal tersebut
firman Allah Ta’ala;
{وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا}
“Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun”. [QS. An Nisa’
: 36]”
PENJELASAN:
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam mendefinisikan syirik dalam sabdanya;
«أَنْ
تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ»
“kamu
menjadikan bagi Allah sekutu, padahal Dia telah menciptakanmu” [Muttafaqun ‘alaihi]
Sedangkan
disini penulis rahimahullah mendefinisikan syirik; “berdoa kepada selain Allah
di samping (berdoa kepada) Allah”.
Jika ada
yang bertanya; Syirik dalam ibadah lebih umum dari sekedar berdoa kepada selain
Allah?
Para ulama
menjawab; Doa yang dimaksudkan oleh penulis disini mencakup doa minta
pertolongan dan doa bermakna menyembah kepada selain Allah. Sehingga dengan
ini, definisi penulis sesuai dengan yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam. Atau bisa juga dimaksudkan oleh penulis karena kebanyakan
kesyirikan yang terjadi dalam perihal doa kepada selain Allah. Sehingga hal ini
tidak menafikan jenis kesyirikan dari selain doa kepada selain Allah.
Kenapa
kesyirikan menjadi dosa dan larangan yang paling besar?
1. Pertama: Allah tidak mengampuni dosa
kesyirikan. Allah Ta’ala berfirman;
{إِنَّ
اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ
يَشَاءُ}
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni
dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa dibawah dosa
syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” [QS. An-Nisaa:116 dan Al-Maidah:48]
2. Kedua: Allah mengharamkan jannah
(surga) bagi pelaku kesyirikan. Allah Ta’ala berfirman;
مَنْ
يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ
النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ} {أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolongpun.” [QS. Al-Maidah:72]
3. Ketiga: Pelaku kesyirikan kekal
didalam neraka. Allah Ta’ala berfirman;
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ
خَالِدِينَ} [البينة: ٦]{فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir
yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam;
mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” [QS.
Al-Bayyinah:6]
4. Keempat: Kesyirikan akan menghapus
amalan baik pelakunya. Allah Ta’ala berfirman;
وَلَقَدْ
أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ
لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ} [الزمر: ٦٥]{وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Dan sesungguhnya telah diwahyukan
kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan
(Allah), niscaya akan terhapuslah amalanmu dan tentulah kamu termasuk
orang-orang yang merugi.” [QS. Az-Zumar:65]
5. Kelima: Kesyirikan adalah kezaliman
yang paling besar. Allah Ta’ala berfirman;
وَإِذْ قَالَ
لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ
الشِّرْكَ} [لقمان: ١٣]{لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata
kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang paling besar." [QS. Luqman:13]
Inilah
diantara sebab-sebab kesyirikan menjadi larangan dan dosa yang paling besar.
Kemudian
penulis rahimahullah berdalil dengan firman Allah Ta’ala;
{وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا}
“Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun”. [QS. An Nisa’
: 36]”
Kalimat (شَيْئًا) menggunakan konteks nakirah setelah
penafian, hal ini mengandung faedah umum, yakni kita tidak boleh menyekutukan
Allah dengan siapapun, baik dengan para nabi yang diutus, para malaikat yang
dekat dengan Allah atau makhluk yang lainnya.
Wallahul
muwaffiq ilash Shawab.
✒ Ditulis oleh Abu 'Ubaidah bin Damiri al-Jawi, 25
Syawal 1436/ 10 Agustus 2015_di kota Ambon Manise.
Silahkan
kunjungi blog kami untuk mendapatkan artikel kami yang lainnya dan mengunduh
PDF-nya serta mengunduh 2 aplikasi android Forum KIS di:
www.pelajaranforumkis.com atau www.pelajarankis.blogspot.com