Bab Penjelasan Waktu-waktu Shalat
Hadits Keempat Puluh Empat
🔊 عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ
وَاسْمُهُ سَعْدُ بْنُ إيَاسٍ - قَالَ: حَدَّثَنِي صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ -
وَأَشَارَ بِيَدِهِ إلَى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ - رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ - قَالَ »سَأَلْتُ النَّبِيَّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -:
أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إلَى اللَّهِ؟ قَالَ : الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا.
قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ، قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ:
الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، قَالَ: حَدَّثَنِي بِهِنَّ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ «وَسَلَّمَ - وَلَوْ
اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
"Dari Abu Amru asy-Syaibani, -namanya Sa’ad
bin Iyas- dia berkata, telah menceritakan kepadaku pemilik rumah ini -dan dia
menunjuk pada rumah Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu-, dia berkata,
"Saya pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam,
'Amal apakah yang paling dicintai Allah? ' Beliau menjawab: "Shalat pada
waktunya." Aku bertanya, "Kemudian apa?" Beliau menjawab: "Berbakti
kepada kedua orang tua." Saya bertanya, "Kemudian apa lagi?"
Beliau menjawab: "Jihad di jalan Allah." Abdullah bin Mas'ud berkata,
"Beliau menceritakan itu semua kepadaku, sekiranya aku minta tambah, pasti
akan beliau tambah." [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
-----------------------
Faedah yang terdapat dalam hadits:
1. Amal shaleh berbeda-beda tingkat keutamaannya.
Sebagian amalan lebih utama daripada yang lainnya.
Para ulama berbeda pendapat, amalan badaniyah
(amalan yang dilakukan oleh anggota tubuh) apakah yang paling utama?
Pendapat pertama: Amalan paling utama adalah shalat. Ini adalah
pendapat jumhur ulama. Mereka berdalil dengan hadits diatas dan juga hadits-hadits
yang menjelaskan tentang keutamaan shalat, seperti hadits:
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ
أَعْمَالِهِمُ» «الصَّلَاةُ
"Sesungguhnya yang pertama kali akan di hisab
dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah shalatnya.” [HR. Ahmad dan
Abu Dawud, dishahihkan asy-Syaikh al-Albani dan Muqbil]
Pendapat Kedua: Amalan paling utama adalah jihad. Dalil pendapat
ini hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
«لَغَدْوَةٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ رَوْحَةٌ، خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا
وَمَا فِيهَا»
"Keluar di jalan Allah (jihad) di pagi hari
atau di sore hari lebih baik dari pada dunia dan seisinya." [Muttafaqun
‘alaihi]
Pendapat Ketiga: Amalan paling utama adalah Puasa. Pendapat ini
dipilih Ibnu Abdul Bar. Dalil pendapat ini hadits Abu Umamah radhiyallahu
‘anhu, ia berkata:
أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «عَلَيْكَ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَا
عِدْلَ لَهُ»
"Amal apa yang paling utama?" Beliau
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Hendaklah kamu berpuasa, karena ia
tidak ada bandingannya." [HR.Ahmad dan an-Nasaai, dishahihkan asy-Syaikh
al-Albani]
Pendapat Keempat: Amalan paling utama adalah menuntut ilmu. Dalil
pendapat ini hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan ilmu.
Berkata asy-Syaikh al-‘Utsaimin rahimahullah:
“Pendapat yang benar bahwa hal itu berbeda-beda dengan sebab berbeda-bedanya
yang mengamalkannya dan dengan sebab perbedaan zaman. Terkadang kita katakan
kepada seseorang, ‘lebih utama bagimu berjihad, kepada yang lain dikatakan
kepadanya, lebih utama bagimu menuntut ilmu. Jika dia memiliki keberanian,
kekuatan dan semangat, akan tetapi tidak punya kecerdasan, maka berjihad lebih
utama baginya, karena hal ini lebih tepat untuknya. Jika dia cerdas, cepat
menghafal dan kuat dalam berhujjah, maka lebih utama baginya untuk menuntut
ilmu. Ini terkait dengan pelakunya.
Adapun yang terkait dengan zaman, maka apabila kita
berada di zaman yang tersebar padanya kejahilan dan kebid’ahan serta banyaknya
orang-orang yang berfatwa tanpa didasari ilmu, maka menuntut ilmu (pada zaman
seperti ini) lebih utama daripada jihad. Apabila kita berada di zaman yang
padanya banyak para ulama dan tempat-tempat yang berbatasan dengan daerah musuh
butuh kepada para tentara yang berjaga-jaga untuk membela dan mempertahankan
(keamanan) negara, maka jihad (di zaman yang seperti ini) lebih utama. Dan jika
tidak tampak mana yang lebih dibutuhkan, tidak kepada ini maupun itu, maka ilmu
(dalam keadaan seperti ini) lebih utama [Asy-Syarhul Mumti’:4/6].
2. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditanya
tentang amalan apakah yang paling utama, maka beliau menjawab dengan jawaban
yang berbeda-beda.
عَنْ عَبْدِ
اللهِ بْنِ عَمْرٍو، أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ؟ قَالَ: »تُطْعِمُ الطَّعَامَ، وَتَقْرَأُ «السَّلَامَ
عَلَى مَنْ عَرَفْتَ، وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
dari Abdullah bin Amru bahwa seorang laki-laki
bertanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, "Islam yang bagaimana
yang paling baik?" Beliau menjawab: "Kamu memberi makan, dan
mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan orang yang tidak kamu
kenal." [Muttafaqun ‘alaihi]
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ:
أَيُّ العَمَلِ أَفْضَلُ؟ فَقَالَ: «إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ». قِيلَ:
ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: «الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ» قِيلَ: ثُمَّ مَاذَا؟
قَالَ: «حَجٌّ مَبْرُورٌ»
dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam ditanya tentang amalan apakah yang paling utama? Maka
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Iman kepada Allah dan
Rasul-Nya". Lalu ditanya lagi: "Lalu apa?" Beliau menjawab:
"Jihad fi sabilillah (berperang di jalan Allah). Lalu ditanya lagi:
"Kemudian apa lagi?" Jawab Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam:
"haji mabrur". [Muttafaqun ‘alaihi]
عَنْ
أَبِي مُوسَى، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَيُّ الْإِسْلَامِ أَفْضَلُ؟
قَالَ: «مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ»
dari Abu Musa dia berkata, aku berkata, "Wahai
Rasulullah, siapakah yang paling utama dalam berIslam?" Beliau menjawab:
"Orang yang mana kaum muslimin selamat dari cercaan lisannya dan gangguan
tangannya." [Muttafaqun ‘alaihi]
Kenapa jawaban Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam berbeda-beda, padahal pertanyaannya sama?
Para ulama menjawab, bahwa hal yang demikian
karena;
a. Berbedanya keadaan orang yang bertanya, yang mana
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberi jawaban sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh penanya atau memberikan dorongan kepada yang bertanya akan
mengamalkan jawaban yang diberikan.
b. Dimungkinkan juga hal ini disebabkan karena
perbedaan zaman atau waktu, yang mana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
memberikan arahan bahwa amalan yang paling utama yang sesuai dengan zaman
tersebut adalah apa yang beliau sebutkan.
c. Atau bisa pula makna yang dimaksud adalah diantara
amal yang paling utama, bukan berarti itu amalan yang paling utama secara
mutlak, tidak ada yang lebih utama darinya. Wallahu a’lam.
3. Keutamaan menunaikan shalat pada waktunya. Dan yang
lebih utama lagi jika dikerjakan diawal waktunya ketika telah tiba. Allah
Ta’ala berfirman;
{وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ}
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari
Tuhanmu…” [QS. Ali Imran:133]
{وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ}
“dan mereka bersegera dalam (mengerjakan) pelbagai
kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.” [QS. Ali Imran:114]
{فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ}
"Maka berlomba-lombalah (dalam membuat)
kebaikan. [QS. Al-Baqarah:148]
Dalam permasalahan ini dikecualikan shalat zhuhur
ketika matahari panas menyengat, maka dalam kondisi seperti ini disunnahkan
untuk diakhirkan sampai cuaca menjadi sejuk. Masalah ini akan dibahas lebih
lanjut pada hadist yang akan datang.
4. Larangan mengakhirkan shalat hingga keluar dari
waktunya, karena Allah Ta’ala telah menetapkan shalat pada waktunya
masing-masing.
فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
كِتَابًا} {مَوْقُوتًا
“maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman.” [QS. An-Nisaa:103]
Allah Ta’ala mengancam bagi mereka yang suka
menunda-nunda shalat hingga keluar dari waktunya;
{فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
(5)}
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
(yaitu) orang-orang yang lalai (menunda-nunda shalat hingga keluar) dari
(waktu) shalatnya.” [QS. Al-Maa’un:4-5]
Berkata Syaikhul Islam rahimahullah: “Tidak boleh
mengakhirkan shalat hingga keluar dari waktunya, baik karena alasan junub,
hadats, ada najis atau alasan yang lainnya, bahkan yang seharusnya adalah untuk
tetap shalat pada waktunya sesuai dengan keadaannya. Jika dia dalan keadaan
berhadats dan tidak mendapatkan air atau kuatir bermadarat jika menggunakan
air, maka hendaknya dia bertayammum. Yang demikian ini, karena mengerjakan
shalat pada waktunya adalah kewajiban yang harus ditunaikan, dan waktu adalah
kewajiban yang paling ditekankan dalam shalat. [Majmu’ Fatawa:22/30].
5. Keutamaan berbakti kepada kedua orang tua.
6. Keutamaan berjihad di jalan Allah.
Hal ini karena jihad jika sifatnya fardhu kifayah
atau sunnah, maka diwajibkan padanya Kenapa disebutkan jihad setelah berbakti
kepada orang tua?
meminta izin kepada orang tua.
7. Semangat para shahabat dalam menimba ilmu dan
bertanya tentang perkara-perkara yang belum mereka ketahui.
8. Para shahabat jika bertanya, maka tujuannya adalah
untuk diamalkan, bukan sekedar ingin tahu tanpa pengamalan, hal ini berbeda
dengan kebanyakan manusia di zaman sekarang.
✒ Disusun
oleh Abu 'Ubaidah bin Damiri Al Jawy_4 Dzul Qa’dah 1436/ 19 Agustus 2015_di
kota Ambon Manise.
Silahkan kunjungi blog kami untuk mendapatkan
artikel kami yang telah berlalu dan mengunduh PDF-nya serta 2 aplikasi android
Forum KIS di:
www.pelajaranforumkis.com atau
www.pelajarankis.blogspot.com