BAIT KE 9
DAN 10
قال العلامة السعدي رحمه الله تعالى
وَهَـذِهِ
قَـوَاعِـدٌ نَظَمْـتُهَا
مِنْ كُتْبِ
أَهْلِ الْعِلْمِ قَدْ حَصَلْتُهَا.
Berkata
al-‘Allamah as-Sa’di rahimahullah
“Dan inilah
kaedah-kaedah yang aku susun…
dari
kitab-kitab para ulama yang aku dapatkan darinya.”
جَزَاهُمُ
الْمَوْلَى عَظِيْمَ الْأَجْرِ ...
وَالْعَفْـوَ
مَـعْ غُفْرَانِهِ وَالْبِـرِّ.
“Semoga
Allah membalas mereka dengan pahala yang besar…
serta
ampunan dan kebaikan-Nya.”
PENJELASAN
Asy-Syaikh
as-Sa’di rahimahullah menerangkan bahwa apa yang beliau susun dalam manzhumah
ini adalah bersumber dari kitab-kitab para ulama, bukan dari pribadi beliau.
Inilah yang wajib untuk kita teladani, yakni ketika kita mengambil faedah dari
sebuah kitab dari kitab-kitab para ulama, hendaknya kita sandarkan bahwa apa
yang kita ambil dari sumbernya, bukan hasil karya pribadi kita. Ini semua dalam
rangka menunaikan amanah ilmiyah dan pengamalan sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam;
«الْمُتَشَبِّعُ
بِمَا لَمْ يُعْطَ، كَلَابِسِ ثَوْبَيْ زُورٍ»
'Orang yang
menampak-nampakkan kepuasan dengan sesuatu yang sebenarnya tidak diberikan
kepadanya, sama artinya dengan memakai dua helai baju kedustaan.' [Muttafaqun
‘alaihi]
Dalam bait
ini memberikan faedah kepada kita untuk mengakui hasil karya orang lain dan
menyandarkannya kepada pemiliknya, karena inilah manhaj seorang mu’min yang
tidak menampak-nampakkan kepuasan dengan sesuatu yang sebenarnya tidak
diberikan kepadanya.
Berkata
al-Khatib al-Baghdadi rahimahullah: “Demikian yang diwajibkan kepada para
penuntut ilmu untuk mengakui keutamaan para ulama dan mengakui bahwa ilmu yang
dia ambil berasal dari mereka.” [Kitab al-Faqih wal Mutafaqqih:2/281]
Dalam bait
ini pula memberikan faedah bahwa sepatutnya para penuntut ilmu memiliki
semangat untuk membuka dan membaca kitab-kitab para ulama, karena pada
kitab-kitab mereka terdapat banyak faedah ilmu yang akan menambah khazanah ilmu
kita.
Adapun pada
bait yang kedua memberikan faedah bahwa manhaj para ulama kita adalah saling
mendoakan untuk guru-guru mereka atau para ulama yang telah memberikan
faedah-faedah ilmu. Dengan manhaj inilah seorang akan mendapatkan keberkahan
dalam ilmunya.
Allah Ta’ala
berfirman:
وَالَّذِينَ
جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا}
الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا
لِلَّذِينَ آمَنُوا {رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Dan
orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa:
"Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah
beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam
hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau
Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." [QS. Al-Hasyr:10]
Para ulama
kita berkata: “Diantara bentuk ilmu yang membawa barakah adalah ilmu yang dia
peroleh disandarkan kepada pemiliknya yang dia mengambilnya darinya, dan juga
mendoakannya serta memujinya. Ulama-ulama yang terdahulu banyak memiliki
keutamaan atas orang-orang yang datang setelah mereka, karena para ulama
terdahulu telah mengumpulkan warisan ilmu yang agung, kemudian mereka wariskan
kepada orang-orang setelah mereka.”
Inilah manhaj
seorang mu’min, yang mana mereka saling bekerjasama dan saling mendoakan
diantara mereka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
دَعْوَةُ
الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ، عِنْدَ»
رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ
الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِينَ «وَلَكَ بِمِثْلٍ.
'Doa seorang
muslim untuk saudaranya sesama muslim dari kejauhan tanpa diketahui olehnya
akan dikabulkan. Di atas kepalanya ada malaikat yang telah diutus, dan setiap
kali ia berdoa untuk kebaikan, maka malaikat yang diutus tersebut akan
mengucapkan 'Amin dan kamu juga akan mendapatkan seperti itu.' [HR. Muslim]
Demikian
pula saya katakan, bahwa apa yang saya terangkan dan uraikan dari
penjelasan-penjelasan manzhumah ini diambil dan dinukil dari kitab-kitab para
ulama, bukan murni hasil karya saya. Semoga Allah senantiasa merahmati dan
menjaga para ulama kita, baik yang telah meninggal maupun yang masih hidup.
Semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan yang melimpah atas warisan ilmu
yang mereka tinggalkan untuk kita.
Dengan ini,
maka asy-Syaikh as-Sa’di rahimahullah telah selesai dari muqaddimah
manzhumahnya, dan selanjutnya asy-Syaikh akan mulai menyebutkan kaedah-kaedah
fiqhiyah yang menjadi inti pembahasan dari kitab ini. Oleh karena itu, para
pembaca hendaknya serius dan konsentrasi dalam membaca, mempelajari dan
memahami kaedah demi kaedah yang akan disebutkan dan yang akan kami jelaskan.
Wallahul
muwaffiq.
------------------------
✒ Disusun oleh Abu 'Ubaidah bin Damiri al-Jawy, 23 Dzul
Qa’dah 1436/ 7 September 2015_di kota Ambon Manise.