PELAJARAN NAHWU DARI KITAB AL AJURUMIYAH (Pelajaran Ketiga Puluh Sembilan)



LANJUTAN
BAB ‘AMIL-‘AMIL NASHAB
(Huruf-huruf yang menashabkan)
MATAN:
قَالَ الْمُؤَلِّفُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى
فالنَّوَاصِبُ عَشَرَةٌ، وَهِيَ
أَنْ، وَلَنْ، وَإِذَنْ، وَكَيْ، وَلَامُ كَيْ، وَلَامُ الْجُحُودِ، وَحَتَّى، وَالْجَوَابُ بِالْفَاءِ وَالْوَاوِ, وَأَوْ
Berkata Penulis Rahimahullah
 ‘Amil Nashab (huruf yang menashabkan) ada sepuluh, yaitu;


1. أَنْ
2. لَنْ
3. إِذَنْ
4. كَيْ
5. لَامُ كَيْ
6. لَامُ الْجُحُودِ
7. حَتَّى
8. الْجَوَابُ بِالْفَاءِ
9. الْوَاوِ
10. أَوْ


PENJELASAN
Lanjutan materi sebelumnya;
f. Maksud kalimat (لِحَضِّهِمْ) artinya Tahdhidh, yakni dua Huruf tersebut jatuh setelah kata permintaan dengan disertai dorongan dan desakan.
Contoh:
هَلَّا أَكْرَمْتَ زَيْدًا فَيَشْكُرَكَ
“Tidakkah engkau memulyakan Zaid, sehingga dia berterima kasih kepadamu.”
هَلَّا أَكْرَمْتَ زَيْدًا وَيَشْكُرَكَ
“Tidakkah engkau memulyakan Zaid, dengan itu dia akan berterima kasih kepadamu.”
Perhatikan Fi’il Mudhari’ pada dua Jumlah (kalimat) diatas!
Kalian harus membaca dua Fi’il Mudhari’ ini
(فَيَشْكُرَ) dan (وَيَشْكُرَ)  dengan di Nashab, karena telah masuk padanya Huruf (فَ) dan Huruf (وَ). Dan kedua Huruf tersebut ketika masuk pada Fi’il Mudhari’ telah didahului oleh Tahdhidh.
g. Maksud kalimat (تَمَنَّ) artinya Tamanni, yakni dua Huruf tersebut jatuh setelah kalimat berisi angan-angan yang mustahil terjadinya atau sulit terjadinya.
Contoh:
Seorang miskin berkata:
لَيْتَ لِي مَالًا فَأَتَصَدَّقَ مِنْهُ
“Duhai seandainya aku punya uang, sehingga aku bisa bershadaqah.”
لَيْتَ لِي مَالًا وَأَتَصَدَّقَ مِنْهُ
“Duhai seandainya aku punya uang, bersamaan dengan itu aku bisa bershadaqah.”
Perhatikan Fi’il Mudhari’ pada dua Jumlah (kalimat) diatas!
Kalian harus membaca dua Fi’il Mudhari’ ini
(فَأَتَصَدَّقَ) dan (وَأَتَصَدَّقَ)  dengan di Nashab, karena telah masuk padanya Huruf (فَ) dan Huruf (وَ). Dan kedua Huruf tersebut ketika masuk pada Fi’il Mudhari’ telah didahului oleh Tamanni.
h. Maksud kalimat (وَارْجُ) artinya Raja’, yakni dua Huruf tersebut jatuh setelah kalimat harapan terhadap sesuatu yang dia sukai.
Contoh:
لَعَلَّ خَالِدًا حَاضِرٌ فَنُكْرِمَهُ
“Semoga saja Khalid bisa hadir, sehingga kita bisa memulyakannya.”
لَعَلَّ خَالِدًا حَاضِرٌ وَنُكْرِمَهُ
“Semoga saja Khalid bisa hadir, bersamaan dengan itu kita bisa memulyakannya.”
Perhatikan Fi’il Mudhari’ pada dua Jumlah (kalimat) diatas!
Kalian harus membaca dua Fi’il Mudhari’ ini
(فَنُكْرِمَ) dan (وَنُكْرِمَ)  dengan di Nashab, karena telah masuk padanya Huruf (فَ) dan Huruf (وَ). Dan kedua Huruf tersebut ketika masuk pada Fi’il Mudhari’ telah didahului oleh Raja’.
i. Maksud kalimat (النَّفْيُ) artinya Nafi’, yakni dua Huruf tersebut jatuh setelah penafian atau peniadaan.
Contoh:
حَامِدٌ لَا يَلْعَبُ فَيَضِيْعَ أَمَلُهُ
“Hamid tidak bermain, sehingga apa yang menjadi harapannya tidak sia-sia.”
حَامِدٌ لَا يَلْعَبُ وَيَضِيْعَ أَمَلُهُ
“Hamid tidak bermain, dengan itu apa yang menjadi harapannya tidak sia-sia.”
Perhatikan Fi’il Mudhari’ pada dua Jumlah (kalimat) diatas!
Kalian harus membaca dua Fi’il Mudhari’ ini
(فَيَضِيْعَ) dan (وَيَضِيْعَ)  dengan di Nashab, karena telah masuk padanya Huruf (فَ) dan Huruf (وَ). Dan kedua Huruf tersebut ketika masuk pada Fi’il Mudhari’ telah didahului oleh Nafi’.
Demikianlah syarat Huruf (فَ) dan (وَ) jika menashabkan Fi’il Mudhari’, yakni harus di dahului oleh 9 hal yang terkumpul pada perkataan pernyair:
مُرْ وَادْعُ وَانْهَ وَسَلْ وَاعْرِضْ لِحَضِّهِمْ .....
تَمَنَّ وَارْجُ كَذَاكَ النَّفْيُ قَدْ كَمُلَا.
Dan –Alhamdulillah- telah kami uraikan satu persatu maksud dari 9 hal tersebut.
Disana masih tersisa Huruf terakhir yang bisa menashabkan Fi’il Mudhari’, yakni Huruf (أَوْ) yang akan kita bahas -in Syaa Allah- pada pertemuan yang akan datang.
Waffaqallahul jami' li kulli khoirin.
-----------------------
Ditulis oleh Abu 'Ubaidah bin Damiri al-Jawy, 1 Muharam 1437/ 14 Oktober 2015_di kota Ambon Manise.